Sebuah kenyataan yang
menarik disimak, dimana pada sebuah pulau bagian timur dari benua Afrika yang
kemudian kini menjadi sebuah negara yang bernama Madagaskar memiliki banyaknya
kesamaan dengan penduduk Indonesia.
Pertama dari fisik, wajah orang Madagaskar, terutama suku Merina, yakni suku terbesar bangsa Madagaskar yakni sebesar 27% dari jumlah penduduk negara tersebut dan suku Betsileo yang berkisar 12%, memiliki wajah yang mirip dengan suku Jawa. Sementara suku-suku lain di Madagaskar, yakni Betsimisaraka (15%), Tsimihety (7%), Sakalava (6%), Antaisaka (5%) dan Antandroy (5%), banyak didominasi wajah-wajah Afrika dan Arab.
Gadis Madagaskar berwajah Jawa
Pertama dari fisik, wajah orang Madagaskar, terutama suku Merina, yakni suku terbesar bangsa Madagaskar yakni sebesar 27% dari jumlah penduduk negara tersebut dan suku Betsileo yang berkisar 12%, memiliki wajah yang mirip dengan suku Jawa. Sementara suku-suku lain di Madagaskar, yakni Betsimisaraka (15%), Tsimihety (7%), Sakalava (6%), Antaisaka (5%) dan Antandroy (5%), banyak didominasi wajah-wajah Afrika dan Arab.
Kesamaan
kedua adalah dari cara bercocok tanam, dimana dibuatnya sawah dengan galengan
sebagai pembatas, dibuatnya sistem terasserring untuk dilahan miring, bertanam
padi dengan cara mundur adalah tata cara nenek moyang bangsa Indonesia yang
hingga kini juga dilakukan di Madagaskar. Dan secara umum cara orang
Madagaskar menanam padi sawah pada petakan sawah seperti di Indonesia, namun yang
menjadi masalah adalah tingkat kesuburan tanah di Madagaskar yang rata-rata rendah karena tanah tertutup endapan erosi
berasal dari bukit.
Kesamaan ketiga adalah dalam hal makanan
pokok, orang Madagaskar makanan pokoknya adalah nasi seperti orang Indonesia,
dengan cara masak mereka yang sama yakni di liwet nasinya dengan memakai
dandang atau kini dengan alat elektrik. Disamping nasi, makanan lain yang juga
biasa dimakan penduduk Madagaskar adalah pisang, ubi jalar dan talas.
Kesamaan lain, secara budaya orang
Madagaskar memiliki adat-istiadat seperti di Indonesia, mereka hidup berumah
tangga dalam rumah yang sederhana, khususnya di desa banyak rumah dengan
dinding tanah liat untuk menutupi kerangka potongan kayu di dalamnya. Dari segi
busana orang Madagaskar tidak berbeda dengan orang Indonesia dimana para wanita
juga banyak mengenakan celana panjang kemudian kesamaan lain adalah adanya alat musik seperti gambang.
Menanam Padi dengan cara mundur
Bentuk
rumah juga menjadi peninggalan budaya Indonesia yang tercecer di dataran
Madagaskar, yakni dengan segi empat ruanganya kemudian ada atap limas dengan
keempat sisinya, sementara kalau dalam budaya Afrika rumah biasanya bulat.
Sehingga bentuk rumah yang seperti ini merupakan bukti kuat peninggalan budaya
bangsa Indonesia.
Kesamaan yang menjadi
teka-teki Jaman
Bila
merunut sejarah, banyak antropolog yang terpesona dengan Madagaskar, karena
pulau inu jauh dari sejarah penaklukan manusia di planet ini selama ribuan
tahun. Perempuan Indonesia adalah nenek moyang penduduk pulau Madagaskar, dan
diyakini beberapa perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar
sudah sejak 1.200 tahun yang lalu.
Tentu saja hal ini akan selalu
menjadi salah satu episode aneh dalam sejarah pengembaraan manusia. Bagaimana
bisa terjadi, orang Indonesia menjadi nenek moyang pulau ini, semantara jarak
Indonesia - Madagaskar sejauh 8.000 kilometer dan terbentang lautan luas di
samudera Hindia.
Menggendong anak di punggung
Para antropolog
memperkirakan orang-orang Nusantara yang bermigrasi ke Madagaskar tidak hanya
dari satu pulau, melainkan berasal dari banyak suku. Orang-orang Nusantara itu
berkampung di Kalimantan, Sulawesi, dan juga Jawa. Mereka bermigrasi membawa
diri, perbekalan, kultur budaya, bahasa, dan juga kepercayaan.
Diperkiraan
migrasi penduduk ini terjadi beberapa kali dan mulainya adalah pada jaman
kerajaan Sriwijaya, yang waktu itu juga gencar memperlebar daerah kekuasaannya,
sehingga banyak budaya melayu yang juga ada di Negara ini. Namun prakiraan
lain, bila melihat namanya yakni Madagaskar, membuat kita teringat pada Patih
Kerajaan Majapahit yakni Gajah Mada. Bisa jadi nama Madagaskar itu diambil dari
nama belakang Gajah Mada.
Berkemungkinan
juga pada saat Gajah Mada melakukan ekspansi hingga ke Madagaskar, sempat
mendirikan kerajaan dan kini menjadi suku terbesar yakni suku Merina. Karena
memang dalam sejarah Madagaskar, pada suku Merina dahulu memiliki kerajaan
besar, dan hingga kini orang-orang dari suku ini banyak mendominasi
dipemerintahan.
Kemiripan Bahasa
Kesamaan antara Gajah Mada dan
Madagaskar dalam hal kata “MADA” bukanlah satu-satunya bukti kesamaan antara
Indonesia dan Madagaskar. Beberapa kosakata lainnya dari bahasa Jawa masih
diberlakukan di sana sebagai kosakata bahasa Malagasy (Bahasa Nasional
Madagaskar) yang dipergunakan sehari-hari.
Contohnya sebagai berikut :
NO
|
BAHASA
|
||
MALAGASY
|
JAWA
|
INDONESIA
|
|
1.
|
Telo (Diucap : telu)
|
Telu
|
Tiga
|
2.
|
Vito (Diucap : vitu)
|
Pitu
|
Tujuh
|
3.
|
Valo (Diucap : valu)
|
Walu
|
Delapan
|
4.
|
Taona (Diucap : taun)
|
Taun
|
Tahun
|
5.
|
Maty (Diucap : mati)
|
Mati
|
Mati
|
6.
|
Aho (Diucap : ahu)
|
Aku
|
Aku
|
7.
|
Volo (Diucap : vulu)
|
Wulu
|
Bulu
|
8.
|
Folo (Diucap : fulu)
|
Sepuluh
|
Sepuluh
|
9.
|
Telofolo (Diucap : telufulu)
|
Telung puluh
|
Tiga puluh
|
10.
|
Volana (Diucap : vulan)
|
Wulan
|
Bulan
|
11.
|
Zanaka (Diucap : zanak)
|
Anak
|
Anak
|
12.
|
Zanaho (Diucap : zanahu)
|
Anakku
|
Anakku
|
Dalam prakiraan, bukan orang jawa
sepenuhnya yang berimigrasi ke Madagaskar, tapi juga Dayak Ma’anyan
(mayoritas), Bugis, Melayu (kalimantan & sumatera) dan Jawa. Orang Madagaskar dari suku merina/marina
(suku yang paling mirip dengan orang Indonesia) adalah suku yang mayoritas
menguasai pemerintahan di Madagaskar hingga kini.
Secara bahasa 40 % kosakata suku
merina adalah identik dengan bahasa Dayak Ma’anyan, dan kemungkinan besar itu
berarti mayoritas orang Indonesia di Madagaskar adalah pada mula2 adalah orang
suku Dayak Manyan dan mendapat serapan bahasa dari Jawa, Bugis, dan Melayu,
Perancis dan Afrika timur.
Pembuktian Genetis
Dalam sebuah studi
terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings
of the Royal Society B, di Selandia
Baru mengungkapkan bahwa orang Indonesia adalah nenek moyang
penduduk Madagaskar. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah ilmuwan asal Massey
University di Selandia Baru, Murray Cox, melakukan analisis DNA orang Indonesia
dan Madagaskar (disebut Malagasi).
Rumah berbentuk segi empat adalah khas Indonesia, berbeda dengan rumah orang Afrika yang berbentuk bulat
Dalam riset, Cox
mengambil sampel DNA dari 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan
serta 266 etnis Malagasi, terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana Merina.
Penelitian memfokuskan pada DNA Mitokondria, jenis DNA yang terdapat di organel
sel yang berfungsi menghasilkan energi. DNA ini diturunkan lewat ibu.
Dalam riset ini menunjukkan
bahwa 22 persen sampel punya pola DNA Polinesia, ciri suku Polinesia tetapi
jarang ditemukan di Indonesia barat. Pada salah satu suku Malagasi, karakter
ini ditemukan pada 1 dari 2 orang. "Kami berpendapat kolonisasi awal
(Madagaskar) oleh sekelompok kecil perempuan Indonesia, kurang lebih 30
orang," ungkap Cox seperti dikutip situs Discovery ini.
Perempuan yang
mengolonisasi Madagaskar masih produktif dan memiliki 93 persen gen yang
terkait dengan Indonesia. Penemuan ini mungkin mengejutkan, tetapi beberapa
bukti arkeologis dan linguistik mendukung. Secara linguistik, dialek Madagaskar
mirip dengan Indonesia.
Bukti lain, banyak
leksikon Madagaskar berasal dari bahasa Ma'anyan yang dipakai di lembah Sungai
Barito, Kalimantan. Sementara itu, terdapat beberapa kata yang mirip bahasa
Jawa, Melayu, dan Sansekerta. Secara arkeologis, kolonisasi oleh Indonesia
dibuktikan dengan temuan perahu, alat besi, alat musik seperti xylophone, alat makan,
serta budidaya tanaman ubi jalar, pisang, dan talas.
Adakah laki-laki
Indonesia yang berperan dalam kolonisasi Madagaskar? "Kami tahu laki-laki
dan perempuan Madagaskar berasal dari Indonesia, cuma kami tak tahu berapa
jumlah laki-laki. Bukti yang kami miliki menunjukkan bahwa jumlahnya sangat
kecil," tambah Cox seperti dikutip Livescience,
hari ini.
Teori kolonisasi
Madagaskar sebelumnya menyebutkan bahwa kolonisasi sangat terencana. Sebab,
pulau tersebut cocok untuk pelabuhan dalam perdagangan jalur Afrika ke Eurasia.
Dengan penemuan ini, Cox mengatakan, "Kita perlu berpikir kembali banyak
hal tentang bagaimana Madagaskar dikolonisasi."
Cox mengungkapkan
bahwa kolonisasi Madagaskar bisa jadi terjadi secara tak sengaja. Hal ini didukung
oleh simulasi arus laut dan pola cuaca monsun.Pada masa Perang Dunia II,
misalnya, bangkai kapal yang dibom di dekat Sumatera dan Jawa bisa terbawa
hingga ke Madagaskar. Hal yang sama juga bisa terjadi pada pelaut masa lalu.
Menanggapi hasil
penelitian ini, Matthew Hurles, peneliti dari Wellcome Trust Sanger Institute,
mengakui adanya keterkaitan antara Indonesia dan Madagaskar. Ia berpendapat,
"Orang Malagasi adalah 50:50 perpaduan dari dua grup nenek moyang,
Indonesia dan Afrika Timur." (selesai)
0 komentar:
Posting Komentar