Senin, 05 Juni 2017

Bangsa Indonesia adalah Nenek Moyang Penduduk Madagaskar



Sebuah kenyataan yang menarik disimak, dimana pada sebuah pulau bagian timur dari benua Afrika yang kemudian kini menjadi sebuah negara yang bernama Madagaskar memiliki banyaknya kesamaan dengan penduduk Indonesia.



 Gadis Madagaskar berwajah Jawa


Pertama dari fisik, wajah orang Madagaskar, terutama suku Merina, yakni suku terbesar bangsa Madagaskar yakni sebesar 27% dari jumlah penduduk negara tersebut dan suku Betsileo yang berkisar 12%, memiliki wajah yang mirip dengan suku Jawa. Sementara suku-suku lain di Madagaskar, yakni Betsimisaraka (15%), Tsimihety (7%), Sakalava (6%), Antaisaka (5%) dan Antandroy (5%), banyak didominasi wajah-wajah Afrika dan Arab.

Kesamaan kedua adalah dari cara bercocok tanam, dimana dibuatnya sawah dengan galengan sebagai pembatas, dibuatnya sistem terasserring untuk dilahan miring, bertanam padi dengan cara mundur adalah tata cara nenek moyang bangsa Indonesia yang hingga kini juga dilakukan di Madagaskar. Dan secara umum cara orang Madagaskar menanam padi sawah pada petakan sawah seperti di Indonesia, namun yang menjadi masalah adalah tingkat kesuburan tanah di Madagaskar yang rata-rata  rendah karena tanah tertutup endapan erosi berasal dari bukit.  

Kesamaan ketiga adalah dalam hal makanan pokok, orang Madagaskar makanan pokoknya adalah nasi seperti orang Indonesia, dengan cara masak mereka yang sama yakni di liwet nasinya dengan memakai dandang atau kini dengan alat elektrik. Disamping nasi, makanan lain yang juga biasa dimakan penduduk Madagaskar adalah pisang, ubi jalar dan talas.

Kesamaan lain, secara budaya orang Madagaskar memiliki adat-istiadat seperti di Indonesia, mereka hidup berumah tangga dalam rumah yang sederhana, khususnya di desa banyak rumah dengan dinding tanah liat untuk menutupi kerangka potongan kayu di dalamnya. Dari segi busana orang Madagaskar tidak berbeda dengan orang Indonesia dimana para wanita juga banyak mengenakan celana panjang kemudian kesamaan lain adalah adanya  alat musik seperti gambang. 

 Menanam Padi dengan cara mundur

Bentuk rumah juga menjadi peninggalan budaya Indonesia yang tercecer di dataran Madagaskar, yakni dengan segi empat ruanganya kemudian ada atap limas dengan keempat sisinya, sementara kalau dalam budaya Afrika rumah biasanya bulat. Sehingga bentuk rumah yang seperti ini merupakan bukti kuat peninggalan budaya bangsa Indonesia.

Kesamaan yang menjadi teka-teki Jaman

Bila merunut sejarah, banyak antropolog yang terpesona dengan Madagaskar, karena pulau inu jauh dari sejarah penaklukan manusia di planet ini selama ribuan tahun. Perempuan Indonesia adalah nenek moyang penduduk pulau Madagaskar, dan diyakini beberapa perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar sudah sejak 1.200 tahun yang lalu.

Tentu saja hal ini akan selalu menjadi salah satu episode aneh dalam sejarah pengembaraan manusia. Bagaimana bisa terjadi, orang Indonesia menjadi nenek moyang pulau ini, semantara jarak Indonesia - Madagaskar sejauh 8.000 kilometer dan terbentang lautan luas di samudera Hindia.


 Menggendong anak di punggung

Para antropolog memperkirakan orang-orang Nusantara yang bermigrasi ke Madagaskar tidak hanya dari satu pulau, melainkan berasal dari banyak suku. Orang-orang Nusantara itu berkampung di Kalimantan, Sulawesi, dan juga Jawa. Mereka bermigrasi membawa diri, perbekalan, kultur budaya, bahasa, dan juga kepercayaan.

Diperkiraan migrasi penduduk ini terjadi beberapa kali dan mulainya adalah pada jaman kerajaan Sriwijaya, yang waktu itu juga gencar memperlebar daerah kekuasaannya, sehingga banyak budaya melayu yang juga ada di Negara ini. Namun prakiraan lain, bila melihat namanya yakni Madagaskar, membuat kita teringat pada Patih Kerajaan Majapahit yakni Gajah Mada. Bisa jadi nama Madagaskar itu diambil dari nama belakang Gajah Mada.

Berkemungkinan juga pada saat Gajah Mada melakukan ekspansi hingga ke Madagaskar, sempat mendirikan kerajaan dan kini menjadi suku terbesar yakni suku Merina. Karena memang dalam sejarah Madagaskar, pada suku Merina dahulu memiliki kerajaan besar, dan hingga kini orang-orang dari suku ini banyak mendominasi dipemerintahan.

Kemiripan Bahasa

Kesamaan antara Gajah Mada dan Madagaskar dalam hal kata “MADA” bukanlah satu-satunya bukti kesamaan antara Indonesia dan Madagaskar. Beberapa kosakata lainnya dari bahasa Jawa masih diberlakukan di sana sebagai kosakata bahasa Malagasy (Bahasa Nasional Madagaskar) yang dipergunakan sehari-hari.

Contohnya sebagai berikut :
  

NO
BAHASA
MALAGASY
JAWA
INDONESIA
1.
Telo (Diucap : telu)
Telu
Tiga
2.
Vito (Diucap : vitu)
Pitu
Tujuh
3.
Valo (Diucap : valu)
Walu
Delapan
4.
Taona (Diucap : taun)
Taun
Tahun
5.
Maty (Diucap : mati)
Mati
Mati
6.
Aho (Diucap : ahu)
Aku
Aku
7.
Volo (Diucap : vulu)
Wulu
Bulu
8.
Folo (Diucap : fulu)
Sepuluh
Sepuluh
9.
Telofolo (Diucap : telufulu)
Telung puluh
Tiga puluh
10.
Volana (Diucap : vulan)
Wulan
Bulan
11.
Zanaka (Diucap : zanak)
Anak
Anak
12.
Zanaho (Diucap : zanahu)
Anakku
Anakku

Dalam prakiraan, bukan orang jawa sepenuhnya yang berimigrasi ke Madagaskar, tapi juga Dayak Ma’anyan (mayoritas), Bugis, Melayu (kalimantan & sumatera) dan Jawa.  Orang Madagaskar dari suku merina/marina (suku yang paling mirip dengan orang Indonesia) adalah suku yang mayoritas menguasai pemerintahan di Madagaskar hingga kini.

Secara bahasa 40 % kosakata suku merina adalah identik dengan bahasa Dayak Ma’anyan, dan kemungkinan besar itu berarti mayoritas orang Indonesia di Madagaskar adalah pada mula2 adalah orang suku Dayak Manyan dan mendapat serapan bahasa dari Jawa, Bugis, dan Melayu, Perancis dan Afrika timur.

Pembuktian Genetis

Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B, di Selandia Baru mengungkapkan bahwa orang Indonesia adalah nenek moyang penduduk Madagaskar. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah ilmuwan asal Massey University di Selandia Baru, Murray Cox, melakukan analisis DNA orang Indonesia dan Madagaskar (disebut Malagasi).


Rumah berbentuk segi empat adalah khas Indonesia, berbeda dengan rumah orang Afrika yang berbentuk bulat

Dalam riset, Cox mengambil sampel DNA dari 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan serta 266 etnis Malagasi, terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana Merina. Penelitian memfokuskan pada DNA Mitokondria, jenis DNA yang terdapat di organel sel yang berfungsi menghasilkan energi. DNA ini diturunkan lewat ibu.
Dalam riset ini menunjukkan bahwa 22 persen sampel punya pola DNA Polinesia, ciri suku Polinesia tetapi jarang ditemukan di Indonesia barat. Pada salah satu suku Malagasi, karakter ini ditemukan pada 1 dari 2 orang. "Kami berpendapat kolonisasi awal (Madagaskar) oleh sekelompok kecil perempuan Indonesia, kurang lebih 30 orang," ungkap Cox seperti dikutip situs Discovery  ini.

Perempuan yang mengolonisasi Madagaskar masih produktif dan memiliki 93 persen gen yang terkait dengan Indonesia. Penemuan ini mungkin mengejutkan, tetapi beberapa bukti arkeologis dan linguistik mendukung. Secara linguistik, dialek Madagaskar mirip dengan Indonesia.

Bukti lain, banyak leksikon Madagaskar berasal dari bahasa Ma'anyan yang dipakai di lembah Sungai Barito, Kalimantan. Sementara itu, terdapat beberapa kata yang mirip bahasa Jawa, Melayu, dan Sansekerta. Secara arkeologis, kolonisasi oleh Indonesia dibuktikan dengan temuan perahu, alat besi, alat musik seperti xylophone, alat makan, serta budidaya tanaman ubi jalar, pisang, dan talas.

Adakah laki-laki Indonesia yang berperan dalam kolonisasi Madagaskar? "Kami tahu laki-laki dan perempuan Madagaskar berasal dari Indonesia, cuma kami tak tahu berapa jumlah laki-laki. Bukti yang kami miliki menunjukkan bahwa jumlahnya sangat kecil," tambah Cox seperti dikutip Livescience, hari ini.

Teori kolonisasi Madagaskar sebelumnya menyebutkan bahwa kolonisasi sangat terencana. Sebab, pulau tersebut cocok untuk pelabuhan dalam perdagangan jalur Afrika ke Eurasia. Dengan penemuan ini, Cox mengatakan, "Kita perlu berpikir kembali banyak hal tentang bagaimana Madagaskar dikolonisasi."

Cox mengungkapkan bahwa kolonisasi Madagaskar bisa jadi terjadi secara tak sengaja. Hal ini didukung oleh simulasi arus laut dan pola cuaca monsun.Pada masa Perang Dunia II, misalnya, bangkai kapal yang dibom di dekat Sumatera dan Jawa bisa terbawa hingga ke Madagaskar. Hal yang sama juga bisa terjadi pada pelaut masa lalu.

Menanggapi hasil penelitian ini, Matthew Hurles, peneliti dari Wellcome Trust Sanger Institute, mengakui adanya keterkaitan antara Indonesia dan Madagaskar. Ia berpendapat, "Orang Malagasi adalah 50:50 perpaduan dari dua grup nenek moyang, Indonesia dan Afrika Timur." (selesai)

 ....disunting oleh M Haris Sukamto dari berbagai sumber....

0 komentar:

Posting Komentar